Muslim yang Baik
By Admin
بسم اللّه الرحمن الرحيم
السلام عليكم
ورحمة اللّه وبركاته
الْحَمْدُ
لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ وَصَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ وَبَارَكَ عَلَى عبده ورسوله
مُحَمَّدٍ وَآلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ, أَمَّا بَعْدُ
Nusakini.com - Seorang
mukmin yang baik adalah seorang mukmin yang senantiasa memenuhi hak-hak Allāh
Subhānahu wa Ta'āla dan hak-hak hamba-Nya.
Bukanlah
seorang mukmin yang sejati, jikalau dia timpang satu bagian dari dua bagian ini.
Maka yang
namanya habluminallāh (hubungan seseorang dengan Allāh ) haruslah baik.
Apakah
cukup sampai disitu?
Tidak,
habluminannās (hubungan dengan manusia) juga harus baik.
Seorang
mukmin yang dia baik hubungannya kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla, tapi buruk
hubungannya kepada manusia dianggap seorang mukmin sejati?
Tidak!
Bahkan
pernah Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam ditanya oleh sahabat-sahabat
beliau, tentang ada sosok wanita yang mereka sebutkan tentang shalatnya yang
banyak, puasanya yang banyak, mereka juga mengatakan:
"Tapi
Yaa Rasūlullāh, lisannya senantiasa menyakiti tetangga-tetangganya."
Apa
jawaban Nabi Shallallāhu 'alayhi wa sallam:
, "هي
في النّار"
"Dia
di neraka"
Ini
mengabarkan kepada kita, kalaulah kita telah memenuhi hak Allāh Subhānahu wa
Ta'āla tapi tidak memenuhi hak hamba, menyakiti hamba, menzhalimi hamba maka
sungguh hal ini sia-sia.
Suatu
ketika Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersama 'Aisyah Radhiyallāhu
Tabāraka wa Ta'āla 'anhā, tatkala mereka dalam kebersamaan datanglah Shafiyah,
kemudian Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam berbincang-bincang dengan
Shafiyah.
Tatkala
Syafiyah pulang Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam menyebutkan keutamaan
Shafiyah karena Shafiyah bintu Huyay bin Akhtab suaminya adalah Nabi
(Rasūlullāh), keturunan dari nabi, pamannya adalah Yunus bin Matta adalah nabi.
Tatkala
Shafiyah Radhiyallāhu 'anhā dipuji Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam di
depan putri Abū Bakr Ash Shiddīq, maka Aisyah Radhiyallāhu 'anhā terbakar
cemburunya.
Ketika
itulah Aisyah Radhiyallāhu Tabāraka wa Ta'āla 'anhā, ummul mukminin, Ibunda
kita berkata:
يا رسول الله،
حسبك من صفية كذا
"Wahai
Rasūlullāh, cukuplah bagimu Shafiyah, dia itu seperti ini."
(Sambil
berisyarat)
Maksudnya:
"Yaa
Rasūlullāh, anda memuji Shafiyah, apapun yang puji tapi dia seperti ini,
bukanlah sosok wanita tinggi, dia pendek. "
Maka
mendengar ucapan ibunda kita, seketika itu Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa
sallam mengingatkan:
لقد قلت بكلمة
لو مزجت بماء البحر لمزجته
"Sungguh
engkau telah mengucapkan satu kalimat (wahai 'Aisyah), jikalau kalimatmu ini
dimasukan ke dalam air laut (dibenamkan di air laut) sungguh kalimatmu ini akan
merubah rasa lautan."
Allāhu
Akbar.
Ini
menggambarkan kepada kita bahwasanya hak seorang muslim itu besar di hadapan
Allāh Subhānahu wa Ta'āla.
Mengghībahnya,
menyebutkan kejelekan tentangnya bukanlah perkara kecil.
Banyak
yang orang-orang baik shalatnya, menjaga puasanya, mungkin rajin bersedekah
tapi tidak mampu menjaga lidahnya, menzhalimi orang-orang Islam lainnya, maka
ini bukanlah seorang muslim yang hakiki kata Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa
sallam.
Sungguh,
ghibāh yang kecil dalam pandangan manusia tapi kata Rasūlullāh:
"Wahai
Aisyah, jikalau ucapanmu ini diletakkan di air lautan, dia akan merubah rasa
lautan."
Allāhu
Akbar.
Terkadang
kita menyepelekan ghībah, terkadang kita menyepelekan dosa ini.
مَرَّ الَّنبِيُّ
صلي الله عليه وسلم عَلَى قَبْرَيْنِ فَقَالَ: إِنَّهُمَا لَيُعَذَّبَانِ وَمَا يُعَذَّبَانِ
فِى كَبِيْرٍ.
Rasūlullāh
shallallāhu 'alayhi wa sallam melewati dua kuburan, maka beliau mengatakan:
"Sungguh
orang-orang yang dalam kubur ini kedua-duanya sedang diadzab bukanlah
karena perkara besar."
(HR
Bukhari dan Muslim)
Maksud
Rasūlullāh, bukanlah perkara besar dalam pandangan manusia, karena manusia
meremehkannya (merendahkannya), menganggap perkara kecil.
Akan
tetapi apa kata Nabi kita, ketahuilah sungguh dia adalah besar di hadapan Allāh
Subhānahu wa Ta'āla.
Allāhu
Akbar.
Apakah
perkara ini?
Maka
beliau mengatakan:
"Adapun
yang pertama, dia tiap kali kencing tidak istinjak, dan adapun yang kedua dia
senantiasa jalan dengan menyebarkan ghībah dan mengunjing saudara-saudaranya."
Subhānallāh
.......
Kata para
ulama, kebanyakan adzab kubur itu efek daripada dua perkara ini.
▪Pertama
|Bermudah-mudah dalam beristinja' bahkan tidak istinja'
Kita
melihat sebagian kaum muslimin tatkala mereka kencing, mereka tidak istinja'.
Ini
penyebab terbanyak adzab kubur.
▪Kedua |
Dia jalan kemana-mana sambil berupaya untuk menggunjing manusia.
Subhānallāh.....
Jadi
kebanyakan adzab kubur disebabkan karena gunjingan lidah.
Karena
itulah, berkata Nabi yang Mulia 'alihi shalātu wa sallam:
اْلمــُسْلِمُ
مَنْ سَلِمَ اْلمــُسْلِمُوْنَ مِنْ لِسَانِهِ وَ يَدِهِ
"Orang
Islam itu adalah seorang yang dapat menjaga lisannya sehingga orang lain aman
daripada kejahatan lidahnya dan kejahatan tangannya"
(Shahih
Muslim: 41)
Berkata
Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam ketika mendefinisikan ghibāh:
ذِكْرُكَ أَخَاكَ
بِمَا يَكْرَهُ
"Engkau
menyebutkan tentang saudaramu apa-apa yang tidak dia senangi."
(HR
Muslim 2589, Abu Dawud 4874, At Tirmidzi 1999 dan lain-lain)
Maka
ghībah terkadang dalam bentuk ucapan, terkadang dalam bentuk bahasa isyarat,
terkadang dalam bentuk lirikan mata dan seterusnya.
Engkau
menyebut tentang saudaramu dengan apa-apa yang tidak dia senangi inilah ghībah.
Maka kaum
muslimin sekalian, jika anda ingin menjadi sosok muslim yang baik hendaklah
anda perbaiki hubungan anda dengan Allāh Subhānahu wa Ta'āla dan perbaiki
hubungan dengan sesama.
Jangan
pernah menzhalimi sesama, penuhilah hak sesama.
Sebagian
orang shalatnya baik tapi hutang tidak bayar.
Sebagian
orang, Subhānallāh, baik kepada manusia tapi tidak shalat.
Semuanya
salah.
Seorang
muslim yang baik adalah menggabungkan antara hak Allāh Subhānahu wa Ta'āla dan
hak manusia.
والله تبارك
وتعالى أعلم
وصل الله وسلم
على نبينا محمد
والسَّلاَمُ
عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ (mj)